Jumat, 01 Maret 2013

Notulen Manifesto Politik Gernas 12 Februari 2013






NOTULEN

MANIFESTO POLITIK & DEKLARASI

GERAKAN MENEGAKKAN KEDAULATAN RAKYAT & KEADILAN SOSIAL

Gedung Joang ’45 Menteng, 12 Februari 2013

------------------------------------------------------------------





Arbi Sanit

Saya pikir, memang kita harus melakukan gerakan rakyat seperti sekarang ini krn org yg berkuasa sekarang karena merasa : GNP diatas 6 persen, ada kelas menengah baru. Jadi ada penguasa dan golongan menengah yang menikmati kekuasaan karena menguasai 70% PDB. Golongan menengah baru saat ini berbeda dengan era Orde Baru. Dahulu mereka melawan Orba. Memang harus ada gerakan rakyat, berupa revolusi. Gerakan komprehensif. Tidak Parsial. Tapi apanya yang mau dirobah. Deklarasi sudah menegaskan. Mundur SBY. Jadi orangnya. Siapa yang akan menjadi pemimpin baru?? Sekarang banyak pihak yang baik tapi mereka tidak memperoleh kendaraan politik (partai politik). Deklarasi kurang masuk ke system. Pemerintahan yang stabil hanya dapat diharapkan terwujud jika disertai perbaikan system.



Yus Sumadipradja (Eksponen ’66)

Mantan wartawan Harian Indonesia Raya dan Kompas. Keadaan saat ini salah. Reformasi salah dari awal. Reformasi ecek-ecek. Soeharto masih berpengaruh, Habibie juga, dan Golkar. Harus bebas dari PDI, PPP, termasuk PDIP. Ini terus berlangsung sekarang karena seluruhnya kacungnya Soeharto, Megawati dan Gus Dur juga. SBY juga kacung kuadrat. Bagaimana kacung-kacung ini dapat memimpin bangsa ini. Kata Sutan Syahrir ; “Bila Indonesia sudah merdeka, akan menjadi rumah gila” Kita lihat ini sekarang. Orang mengamuk. Kita orang-orang tua perlu mendorong anak-anak muda. Sistem perlu dirubah. Jangan lagi digunakan oleh orang-orang Orde Baru. Satu-satunya yang bisa membangkitkan Indonesia adalah membangkitkan anak-anak muda. Harus dengan Revolusi, bukan “seharusnya revolusi”.



Aryo Djarmoko (Surabaya)

Harapan kita adalah perubahan. Perubahan apa?. Kebijakan penyelenggara Negara. Aparatur. Rezim. Kondisi structural. Merubh untuk seperti masa lalu, tentu bukan. Pada seabua acara di sebuah pesantren, ada pertanyaan: Masih adakah Indonesia di Masa Mendatang? Ini nama atau fungsi? Kalau sekedar nama, ya. Kalau fungsi?. Secara administrative, tak dapat diharapkan. Upah buruh Indonesia hanya 5% untuk buruh Indonesia.



Salim Hutajulu (Aktivis Malari ’74)

Revolusi !



Donny Siahaan

Ada kekurangan dalam statemen, soal system dan kelas menengah. Demokrasi tidaka akan di kelas menengah bergerak. Mereka yang memiliki zona aman yang tidak berpolitik tetapi mendorong perubahan. Aksi-aksi itu bukan hanya turun jalan, tetapi ide real. Pro poor, keliru.



Syafril Sofyan (Forum Aktivis 77-78)

Mejelis Kedaulatan Rakyat di Cisarua juga sedang bergerak. Revolusi tinggal digerakkan. Siapa yang mau turun untuk mendesak agar rezim ini bias diganti. Pemimpin yang bisa menggerakkan? Perlu segera diwujudkan untuk mengajak rakyat melakukan revolusi.



Asrianty Purwantini (GDN Kosgoro)

1. Revolusi bukan sekedar Ganti Rezim Ganti Sistem, tapi harus terjadi Ganti Nasib Rakyat
2. Revolusi harus dimulai dari Revolusi AKAL -> Revolusi MORAL -> Revolusi TOTAL

3. Gerakan Revolusi adalah Jihad : jadi harus murni Niat Tekad hanya untuk Rakyat agar bisa menjadi Energi Positif yg Kuat yg bisa memikat seluruh elemen masyarakat shg mau bersama bersepakat & bergerak

4. Dibutuhkan Motivator & Katalisator bagi Gerakan Pemuda & Mahasiswa



Haris Rusli Moti (Petisi 28)

Seharusnya yang tampil adalah mereka yang muda. ICW: 2012 (Jan – Juli) 597 orang dari pejabat daerah telah ditetapkan sebagai tersangka. Persoalan bangsa: system dan kepemimpinan. Sistem: terlalu gampang mengadopsi system politik dari negara barat. Baca ulang pikiran besar pendiri bangsa kita.



Nur Lapong (GONAS)

Kerusakan bangsa ini seperti apa, kita sudah tahu semua. Kita kumpul di sini untuk suatu perubahan yang takkan pernah selesai. Bung Karno: Revolusi belum selesai.  Patron kita: Sosio Demakorasi dan Sosio Ekonomi. Yang menyandera bangsa ini adalah system demokrasi. Keadilan social harus ditegakkan. Revolusi dengan visi yang tidak jelas.



Effendi Saman (Gerak Nusa)

Terjebak dengan putusan MK dan KPK, misalnya pembubaran BP Migas. Oligarki memang terjadi. Mahasiswa harus memiliki strategi . SBY Budiono itu sudah tidak berkuasa, tapi oligarkilah yg menyandra mereka. 



Hetter (Maluku)

Rebut kedaulatan negara, kita kembali ke UUD dan Pancasila, perlu langkah kongkrit bentuk tim, konsolidasi antar elemen.



Sri Bintang Pamungkas

Saya sudah mulai males ngomingin kayak ini, sejak 2006 saya sudah mengajak ganti rezim. Sukarno itu memang hebat, tapi  di zamannya, sekarang mari jadi Sukarno-Sukarno sekarang. Kita turun hari ini, tapi bukan ke Istana, kita harus ke DPR. Kita jatuhkan rezim. Desember 2009 kami sampai 3 bulan menduduki DPR/MPR.



Sunardi

Revolusi, revolusi sekali lagi revolusi.  Mengapa kalian tidak mengkoordinasi golput, kita teragkan pada mereka bahwa pemilu ini telah menghancurkan mereka.

Demokrasi yg berjalan ini adalah demokrasi sontoloyo, demokrasi ciptaan imperialis zionis.



Hatta Taliwang (MKRI)

Siap melakukan gerakan, baik melalui jalanan maupun tulisan yang dipublikasikan lewat FB, e-mail dll. Bersama Muhammadiyah membuat gerakan kedaulatan nasional, kemudian yang lebih revolusioner yang kira-kira 2 minggu lalu di Puncak (Konsolidasi Demokrasi Indonesia)



Ismail Hasan (Blitar)

SBY kalau diminta mundur, itu tidak pernah terjadi. Hharus dipaksa. Kita bentuk bukan hanya gerakan nasional tapi gerakan revolusional.



Chris Siner Key Timu (Penggagas Gernas)

Kita berbeda dalam hal solusi. Revolusi tidak meminta Anda atau saya setuju. Kondisi ebyektif untuk revolusi sudah cukup. Pemimpin revolusi juga demikian.

Yusuf AR (Penggagas Gernas)

Manifesto ini mengisyaratakan perubahan system. Di dalamnya ada penrnyataan tentang politik oligarki dsb. Kondisi obyektifnya sudah memungkinkan, yang menjadi masalah adalah kondisi subyektifnya. Kelas menengah 40 juta orang justru digunakan penguasa dan menjadi hedonis yang membela system oligarki. Revolusi tidak bisa emosional. Diseminasi dan sejenisnya. Jadi 30 orang datang ke DPR nonsense. Perlu sosialisasi ide-ide revolusi.



Djamester Simarmata (Penggagas Gernas)

Hal yang ditulis di sini diperas dari berbagai kertas diskusi. Hanya 10 % nilai tambah. Sistem pemikiran yang ada di kita. Demokrasi dikerjakan oleh semua, semua harus dikerjakan oleh semua dan untuk semua. Koefisien Gini 0,74 paling jelek di Asia. Front ilmu, yakni menolak semua teori pemikiran ekonomi. Buka kembali ilmunya. Text book, mencekoki kita. Kita beri cek kosong kepada reformasi. Gerakan yang sistematis, yakni mengerti mengapa berubah. Kita terjajah secara mental Revolus gerakan fisik saja belum cukup. Gernas ini akan membawakan gerakan perubahan total.  Perubahan yang mendasar. Kita berkali-kali memberikan cek kosong kepada beberapa perubahan, termasuk reformasi 1998.



Sukmadji Indro Tjahjono (Penggagas Gernas)

Gernas tidak mau yang retorik. Harus menyusun gerakan. Semua kekuatan boleh ikut. Setan-setan ini sudah harus dikubur. Mengenai gerakan ke istana atau DPR, boleh-boleh saja. Wujud masa transisi adalah pemerintahan sementara.



Mahasiswa Unas

2005 membuat spanduk turunkan SBY-JK. Satu-satunya yang memuat adalah Kompas. Di era SBY-Boediono, gerakan berlanjut, 200 orang mahasiswa di tangkap.



IISIP Jakarta

Ujung tombak revolusi ada di kaum muda. Gerakan mahasiswa fluktuasinya kini jauh berbeda dengan saat ini. Api perlawanan tetap kami pertahankan. Kehendak Bapak2 tetap kami simpan.  Mengapa mahasiswa kini demikian saat ini?. Ada proses transformasi yang salah. Sistem pendidikan  salah.



Gerakan Mahasiswa Sosialis Jakarta

Mahasiswa sebagai ujung tombak pergerakan. Penerapan system absensi menghambat pergerakan mahasiswa. Praktisi politik masuk ke kampus, menggiring ke pola pikir pragmatis. Bangkitlah kaum muda ini saatnya kita merebut kedaulatan rakyat. Selama pemimpin menindas trakyat, kami tak akan berhenti.



Machmud Majid (Fesbuker Indonesia)

Semua gerakan yang menuntut kedaulatan rakyat adalah konfigurasi yang indah.



Mr-X

Revolusi; pemikiran, moral, menjadi pemikiran progresif.



Moderator              : 
-Cahyono Eko Sugiharto (Gernas)


Pelaksana Teknis     : 
-Sismulyanda Barnas

-Syafinuddin

-Tashudi Yanto

-Utje Gustaaf Patty


Peserta                   : 
162 Orang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar